PESSEL|Matasumbar.com – Lakukan projek penguatan profil belajar pancasila, yang tercantum dalam kurikulum merdeka (P5) untuk peserta didik, gabungan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) laksanakan praktik kebudayaan dan kearifan lokal budaya Minang Kabau di daerah tersebut, pada Selasa 23 Mei 2023
Sebagaimana kegiatan itu dilakukan di SMK Negeri 1 Sutera dan diikuti oleh 90 orang siswa-siswi SMK yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dibawah naungan Kacabdin Wilayah VII Sumbar, dengan tema yang diusung “Kearifan Lokal Budaya Minang Kabau Menggunakan Langgam Sutera Dalam Acara Babako”.
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Sutera, Lili Suryati mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan dari Dinas Pendidikan Sumatera Barat (Sumbar) untuk seluruh cabang mulai dari 1-8 wilayah Kacabdin yang ada.
Ia menjelaskan untuk wilayah 7 Pesisir Selatan, dipusatkan di SMK Negeri 1 Sutera sebagai tuan rumahnya untuk seluruh SMK yang ada di Pesisir Selatan.
“Karena teritorial jarak antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Maka ditunjuklah oleh dinas kita sebagai tuan rumah,”sebutnya pada awak media Selasa (23/5/2023).
Disampaikannya, projek penguatan profil belajar pancasila, yang tercantum dalam kurikulum merdeka (P5) salah satunya masuk tentang kebudayaan.
“Nah, karena masuk salah satu tentang kebudayaan. Sebab kita di minang, maka di berikanlah pengetahuan tentang adat dan budaya minang kabau,”jelasnya.
Ia menerangkan, kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari mulai dari Senin sampai Selasa, untuk hari pertama kegiatan berfokus memberikan materi tentang kebudayaan dan adat minang kabau mulai sejak anak lahir hingga meninggal dunia.
“Untuk materinya fokus memberikan pengetahuan atau materi kepada siswa tentang lambang dan simbol adat minang kabau serta tatacara adat mulai sejak anak lahir sampai orang meninggal, dan petatah petitih adat Minang kabau,”jelasnya lagi.
Kemudian untuk sesi praktik sambung Lili Suryati, yaitu acara adat babako menggunakan langgam di Kecamatan Sutera, dimana diketahui tata cara adat yang ada di Pesisir Selatan itu berbeda di setiap kecamatan yang ada.
“Acara puncaknya di bidang praktik yaitu babako langgam Sutera, dan itu dipilih dari seluruh tata cara adat dari lahir sampai meninggal tadi,”terangnya.
Ia menjelaskan dalam praktik acara adat babako setiap siswa yang ditunjuk dari perwakilan SMK yang ada dilibatkan secara langsung seperti, ada yang dijadikan pasangan marapulai dan anak daro.
Selain itu, dipraktikkan bagai mana berarak-arakkan seperti acara baralek babako yang sebenarnya, selayaknya acara baralek babako sebenarnya yang ada di kabupaten Pesisir Selatan seperti apa yang biasa dilakukan oleh masyarakat Sutera.
“Pokoknya, bentuk acaranya lengkap seperti yang dilakukan masyarakat Sutera. Ada yang jadi anak daro dan marapulai bawaan apa yang dibawa si bako dan bagai mana sipangka menyambut dan tata cara serta petata petitih dalam pelaksanaan acara babako sampai makan bajambahnya di peragakan,”kelas Lili Suryati.
Dengan adanya kegiatan ini harapnya, siswa memang bisa mengerti dan paham dari sejak dini mengenai adat dan budaya minang kabau terkhusus di kecamatan Sutera. Begitu juga dengan bagaimana cara berpetata petitinya orang minang kabau dalam kegiatan adat.
“Cukup menarik, dan mereka bisa tau dan paham bagai mana adat dan budaya yang ada di minang kabau. Selama acara ini saja, kita semua wajib menggunakan bahasa minang mulai dari pembawa acara sampai kata sambutan,”tutupnya.
Sementara itu, Radmil Analis Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat (Sumbar) yang ikut hadir dalam kegiatan itu mengatakan, kegiatan kebudayaan yang termasuk dalam kurikulum P5 ini dilakukan kedua kali di Sumbar, pertama yaitu di Pasaman dengan tema adat nya sendiri.
“Untuk di Pesisir Selatan kegiatan seperti ini yang kedua dan akan diadakan di wilayah Kacabdin di seluruh Sumbar lainnya,”kata Radmil.
Menurutnya, dengan adanya tentang kebudayaan dalam kurikulum P5 sangat memberikan dampak positif bagi perkembangan adat, budaya Minang kabau dan menjaga adat dan minang di Sumbar ini.
Sebab, sejauh ini dampak moderenisasi sangat berpengaruh besar dan mulai menguras pengetahuan dan perkembangan kearifan lokal dan adat serta budaya Minang.
“Harapan kita bagai mana adat dan budaya minang ini terus kokoh dan bisa di pertahankan, dan pemerintah provinsi Sumatera Barat sudah mempersiapkannya dan memfasilitasi hal itu melalui kurikulum P5,”ucapnya.
Ia Melihat kegiatan babako yang telah terlaksana disini, bahwa ada pelajaran dan pengetahuan baru tentang ragam dan adat budaya minang kabau di Sumbar.
“Seperti yang kita ketahui, ternyata diberbagai kabupaten yang ada di Sumatera Barat sangat banyak perbedaan mulai dari tata cara adat, langgamnya dan juga bahasa. Kalau untuk bahasa sudah Pergubnya, dimana wajib semua berbahasa minang selama satu hari di seluruh sekolah dibawah naungan provinsi, begitupun ketika proses belajar mengajar,”terangnya.
Lanjutnya, kini tinggal bagaimana pihak pemerintah daerah melalui guru-guru, tokoh adat dan unsur masyarakat lainnya yang ikut berpengaruh dalam membenahi atau membenarkan setiap tata cara adat, sejarah dan bahasa adat budaya dari minang kabau.
“Karena saat ini pengetahuan siswa masih minim, kita tinggal meluruskan bagai mana khas dan asli dari budaya adat minang kabau ini. Selama inikan hanya sekedar tahu. Apalagi dikalangan anak-anak muda zaman sekarang. Kita sama mengantisipasi perubahan atau kesalahpahaman dalam memahami adat dan budaya minang itu sendiri,”tutupnya. (Topit Marliandi)