MENTAWAI|Matasumbar.com – Suasana belajar di SD Negeri 13 Tuapejat, Sipora Utara, mendadak berubah tegang ketika sirine peringatan dini berbunyi nyaring di tengah pagi yang cerah.
Para siswa yang sedang mengikuti pelajaran langsung terkejut, namun sigap mengikuti instruksi guru untuk berlindung di bawah meja masing-masing. Beberapa siswa tampak panik, tetapi guru-guru terus memberikan arahan dengan tenang dan tegas.
Begitu guncangan dinyatakan mereda, guru memberikan komando agar seluruh siswa keluar kelas secara teratur. Sambil membawa tas di atas kepala untuk melindungi diri dari potensi reruntuhan. Mereka bergerak cepat menuju titik kumpul di sebuah bukit yang sudah ditetapkan sebagai zona aman tsunami.
Dalam waktu empat menit, seluruh siswa telah berhasil mencapai lokasi evakuasi dan disambut oleh tim yang telah bersiaga, memastikan setiap anak dalam keadaan selamat.
Situasi yang berlangsung cepat ini seolah menghadirkan simulasi nyata dari situasi darurat gempa dan tsunami, sekaligus menguji kesiapan semua pihak dalam menghadapi bencana.
Momen tersebut merupakan bagian dari Simulasi Penguatan Diri dan Evakuasi Mandiri Bencana Gempa Bumi dan Tsunami, yang diselenggarakan oleh BPBD Kabupaten Kepulauan Mentawai bersama Forum PRB Mentawai.
Peringatan HKBN 2025 di Mentawai didukung program GREAT JEMARI Sakato. Simulasi ini merupakan bagian dari peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) 2025, yang juga digelar serentak di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa, guru, dan masyarakat setempat.
Simulasi dipusatkan di SDN 13 Tuapejat yang berlokasi di dekat pantai, dengan titik evakuasi ditetapkan di bukit terdekat yang berada di zona aman tsunami. Setibanya di titik kumpul, para siswa dikumpulkan berdasarkan kelas untuk didata oleh wali kelas, kemudian dilaporkan secara berjenjang hingga ke Bupati Mentawai, Rinto Wardana, yang hadir langsung di lokasi kegiatan.
Pada kegiatan itu, Bupati Mentawai secara resmi membuka rangkaian kegiatan HKB 2025. Ia menekankan bahwa kesiapsiagaan harus menjadi budaya di daerah rawan bencana.
“Jika hari ini kita bisa melakukan simulasi secara tertib karena direncanakan, maka saat bencana nyata datang, kondisinya tentu tidak akan semudah ini. Kewaspadaan dan latihan seperti ini harus terus diperkuat,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap kesiapsiagaan sekolah, turut diserahkan dokumen SOP Tindakan Penyelamatan Diri dan Evakuasi Mandiri kepada pihak SDN 13 Tuapejat. SOP ini menjadi panduan resmi bagi warga sekolah dalam menghadapi situasi darurat gempa bumi dan tsunami.
Pada kesempatan itu, Bupati Rinto Wardana menyoroti pentingnya perluasan sistem peringatan dini hingga ke wilayah kepulauan dan kawasan wisata.
“Masyarakat masih sering membawa barang saat evakuasi. Ke depan, hal ini harus dievaluasi. Prinsipnya, selamatkan diri secepat mungkin. Kunci rumah, tinggalkan barang, yang utama adalah keselamatan,” tegasnya.
Peringatan HKB 2025 menjadi momentum penting untuk memperkuat budaya siaga bencana di Kepulauan Mentawai, sekaligus memperkokoh komitmen seluruh pihak dalam melindungi keselamatan warga dari ancaman gempa dan tsunami.
Program GREAT yang dilaksanakan oleh JEMARI Sakato untuk 2024-2027 senantiasa akan membangun kolaborasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Mentawai dan stakeholder kebencanaan terutama Forum pengurangan Resiko Bencana Kab. Kep. Mentawai.
Turut hadir dalam kegiatan ini antara lain Wakil Bupati Jakob Saguruk, Sekda Martinus Dahlan, Danramil Kepulauan Mentawai, Kalaksa BPBD Lahmudin Siregar, serta jajaran Forkopimda dan OPD terkait. Hadir pula perwakilan dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kantor SAR Mentawai, PMI, Forum PRB, serta sejumlah mitra kebencanaan seperti JEMARI Sakato, Yayasan SHEEP, CDRM, YCM, dan FORMASI.(Affifa/JEMARI Sakato).
Editor : Tim Redaksi