MENTAWAI, MataSumbar.com – Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium sebanyak 90 ton milik PT.Rimata Saibi Jaya (SPBU Kompak) yang diangkut melalui kapal Sumber Jaya 01 tidak sesuai jumlah orderan yang diminta.
Sesuai orderan BBM premium itu sebanyak 90.000 ribu liter (9 ton), ternyata setelah selesai dilakukan pembongkaran minyak hanya ketemu sebanyak 86.240 liter, terjadi kekurangan sebanyak 3.760 liter dari kapal Sumber Jaya 01.
Menurut keterangan Kapten Kapal SPOB Sumber Jaya 01, Ad Suhendra kalau di korcek dengan sidik kapal dari segi sondingan pasti tidak akan ketemu, terjadinya penyusutan minyak dikapal itu setelah di lakukan pembongkaran baru diketahui berapa selisihnya.
“Kalau posisi kapal mendatar bisa dipastikan sondingnya tidak meleset, artinya penyusutan minyak tidak terlalu signifikan” ucap Ad Suhendra saat di konfirmasi di pelabuhan Tuapejat, Jumat 15 Mei 2020.
Dengan kondisi kapal seperti ini, diakuinya tidak bisa memastikan berapa penyusutan minyak terjadi mulai dibawa hingga di bongkar, karena minyak yang dibawa bisa diketahui itu ketika sudah dibongkar, kata dia lagi.
Ironisnya, penyusutan minyak dari 90 ton yang dibawa dari padang menuju tuapejat hanya ketemu 86.240 liter, artinya penyusutannya 3.760 liter. Sampai saat ini pihak kapal belum mendapatkan solusi, kenapa bisa terjadi penyusutan secara signifikan.
Selama membawa minyak di wilayah kabupaten kepulauan mentawai, sebut Ad Suhendra penyusutan terus terjadi bukan saat ini saja , ini tidak ada unsur permainan dan juga tengki tambahan dikapal tidak ada, kalau diperiksa silakan, kata dia.
Selain itu, sambung dia spekulasi dikapal bisa dilihat seperti tangki-tangki bisa dicek, kecuali ada double batom dia memakai plat satu dan dua, sementara dikapal tidak memliki plat dia hanya datar dan pengisiannya langsung curah, ujarnya.
Sementara Direktur PT.Rimata Saibi Jaya (SPBU Kompak), Kristinus Andre Satoko menjelaskan pembongkaran BMM rata-rata terjadi penyusutan itu paling sedikit 500 liter ada juga sampai 1,5 ton, hari ini kekurangannya melebihi diatas ambang mencapai 3.760 liter.
“Jadi dalam hal ini, kita sebagai pemilik SPBU Kompak sangat dirugikan, karena sudah sering terjadi penyusutan minyak saat pembongkaran” kata Andre.
Dia mengatakan pihaknya sudah pernah melakukan pengecekan minyak oleh anggotanya ikut kepadang dan juga ke siberut, namun beberapa kali dilakukan pembongkaran minyak takarannya tetap pas, adapun terjadi penyusutan tidak begitu signifikan.
Kalau sudah terus-terusan terjadi kekurangan minyak, apalagi sekarang penyusutannya diatas ambang, seharusnya ada dispensasi, misalnya kalau 90 ton minyak dibawa kekurangannya ada sekitar 100 liter masih bisa dimaklumi, tapi kalau sudah berton-ton minyak berkurang ini sudah lain ceritanya, ungkap Andre.
Sementara minyak ini kebutuhan orang banyak, bahkan pihaknya sering disorot orang banyak karena sering terjadi kekurangan BBM di SPBU, tak hanya itu dengan kondisi seperti ini, kata dia harus mengganti kekurangan BBM tersebut.
“Sering terjadinya kekurangan minyak saat pembongkaran, dimana kita mencari gantinya, sedangkan penyusutan terjadi saat ini sebanyak 3.760 liter, kalau jumlah uangnya sebesar Rp. 24.252.000 juta’ucap Andre.
Dikatakan setiap terjadi kekurangan BBM saat pembongkaran terus dibuat berita acara, supaya ada dasar untuk mempertanyakan ke pihak transportir dan juga kepada pihak pertamina supaya dilakukan evaluasi serta tidak merugikan pegusaha SPBU.
“Tapi kekurangan sebelumnya termasuk yang saat ini sesuai berita acara, kita meminta pihak transportir mempertangungjawabkan kejadian ini” tegas Andre.
Dalam kejadian ini, pihaknya merasa sangat dirugikan dan untuk kedepan diharapkan pihak transportir bisa meminimalisir kekurangan minyak, kalau pihak SPBU tidak mau tahu sesuai dengan permintaan itulah yang diterima sampai dilokasi, ucapnya.
Tak hanya itu biaya trasnportasi pengangkutan BBM juga di bantu pihak pertamina, seharusnya pemilik kapal pembawa BMM dengan kejadian ini harus mempertanggungjawabkan tidak bisa lepas begitu saja, karena semua sudah ada prosedurnya, ucap Andre mengahkiri.
Editor : Heri Suprianto