Oleh : Amidhia (Terinspirasi dari sebuah cerita kehidupan seorang kepala sekolahku Eti Afriani, S.Pd.)
Jam dinding menunjukan pukul 5.30, saatnya bagiku untuk bergegas mandi dan kemudian bersiap–siap untuk berangkat sekolah.Aku mengajar disebuah sekolah dasar negeri dengan jarak tempuh lumayan jauh dari rumah.
Pukul 7.00 WIB, aku harus bergegas berangkat ke sekolah. Butuh 15 hingga 30 menit untuk sampai di ditempat mengajarku. Aku berangkat ke sekolah dengan mengendarai sepeda motor.
Diperjalanan aku harus menghadapi kemacetan, kecelakaan lalu lintas, razia sepeda motor ataupun mobil, dan banyak sekali hambatan dan rintangan yang pernah aku alami.
Syukurnya pagi ini perjalananku lancar hingga sampai tujuan. Setibanya aku ditempat mengajar aku langsung menuju kantor guru untuk bergegas mengambil absensi dan saling bersalaman bercanda bersama antar para guru dan kepala sekolah. Aku bangga sekali mengajar sekolah disini.
Ditempat sekolahku banyak meraih penghargaan berkat usaha dan upaya seluruh sekolah seperti ibu kepala sekolah, para majelis guru berserta siswa-siswi yang turut berperan serta mendukung kesuksesan sekolah.
Aku sangat kagum dengan ibu kepala sekolahku. Beliau sangat bijaksana, dan mampu mengerti apa yang diinginkan para guru dan pegawai disekolah ku. Beliau selalu mencanangkan program-program yang dapat menambah ilmu, menambah wawasan dan tidak membosankan.
Ibu kepala sekolah mencanangkan berbagai program kegiatan seperti program menari,lomba cerdas alquran dan paskibraka yang bekerja sama dengan salah satu anggota lantamal setempat. Berkat dibawah pimpinan beliau, sekolahku menjadi sekolah yang nyaman, indah, dan lestari.
Aku senang mengajar disini. Teman -teman yang sejiwa dan saling mengingatkan satu sama yang lainnya. Aku ingin suatu hari nanti aku bisa menjadi kepala sekolah seperti ibu kepala sekolahku.
Dibalik sekolah yang maju, berprestasi tak semudah seorang kepala sekolah mampu menyulap sekolah menjadi lebih baik dan di pikirkan, bahkan menjadi kepala sekolah itu di butuhkan wawasan, tanggung jawab yang dipimpinnya.
Siapa bilang menjadi kepala sekolah itu mudah? Siapa bilang menjadi pemimpin itu mudah? Menjadi kepala sekolah memang tidak mudah, banyak yang musti di lahirkan agar sekolah tetap maju dan berkembang serta mutu pendidikan juga semakin meningkat dan mampu bersaing di berbagai kalangan pendidikan agar bisa menjadi sekolah yang berprestasi.
Tak hanya itu, Kepala sekolah juga mengatur para majelis guru dan pegawai sekolah tempat ku mengajar. Siapa sih yang gak mau jadi pemimpin? Siapa sih yang gak mau jadi pegawai yang bekerja dibawah pimpinan? Tentu kita tidak ingin selamanya dibawah, tentu ingin juga menjadi pemimpin di sekolah, namun perlu ada kesiapan dan kematangan menjadi seorang pemimpin di sekolah
Tentu bapak atau ibu guru, pernah bermimpi mendapatkan posisi kepala sekolah. Kepala sekolah memang posisi yang paling tinggi disekolah. “Be a leader not a follower” jadilah seorang pemimpin bukan seorang pengikut. Sekolah yang hakekat utamanya adalah tempat menuntut ilmu. Namun kini banyak sekolah yang kurang melaksanakan hakekat tersebut.
Dibalik kerja keras kepala sekolah ku, beliau adalah sosok seorang ibu yang membesarkan anak anak nya seorang diri ,ibu kepala sekolah ku seorang single parent yang 5 tahun ditinggal suaminya,.
Setiap pagi sebelum aku sampai disekolah ibu kepala sekolah ku sudah duduk sambil tersenyum menyambut guru dan bercengkrama sebelum waktu persiapan bel berbunyi. Ibu kepala sekolah ku banyak mengalami problema baik dalam mengahadapi para guru dan pegawai disekolah,dan para murid murid dari kelas 1 sampai kelas 6.
Ibu kepala sekolah biasanya terkenal judes dan bertaring dalam menghadapi para guru ,pegawai sekolah dan murid- murid disekolah ku. Disini peran kepala sekolah sangatlah penting untuk menegakan peraturan. Menegakan hakekat utama dari sekolah. Andai aku menjadi kepala sekolah, aku sangat ingin memperbaiki masalah seperti ini.
Ini memang sulit. Bagiku ini tidak mudah. Menjadi kepala sekolah memang memerlukan tanggung jawab yang besar. Beberapa sekolah yang pernah aku lihat di sekitarku, masalah sekolah sebagai tempat berpacaran memang cukup banyak. Bel pulang sekolah seharusnya para warga sekolah baik itu guru, siswa ataupun pegawai sekolah diwajibkan untuk tidak berada di sekolah, terkecuali adanya keperluan di sekolah.
Sewaktu pulang sekolah aku melihat sosok seragam kepala sekolah ku adalah seorang ibu yang kuat melihat anak laki -laki nya yang ada gejala bipolar disoder ini gejala anak yang jenius yang mempunyai keinginan yang berlebihan, ibu kepala sekolah ku mempunya sepasang anak ibu kepala sekolah selalu sabar dan kuat menghadapi polemik kehidupannya.
Anak kedua adalah perempuan tamatan pascasarjana yang santun .Ketika aku mencerminkan diri ku tak sanggup rasanya melewati problema yang begitu banyak Belum lagi menegakkan peraturan sekolah.
Jika aku menjadi kepala sekolah, aku ingin menegakan peraturan-peraturan buat para guru dan pegawai sekolah ku. Menurutku, peraturan-peraturan seperti ini memang harus di tegakan. Perlunya pengawasan yang sangat ketat untuk mengawasi peraturan tersebut berjalan dengan baik ditambah dengan menjaga sepasang anak di rumah.
Syukurnya sekolahku memiliki kepala sekolah yang sangat disiplin akan hal seperti itu. Dan tidak pernah mencampurkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan, Jujur saja, aku mungkin tidak sanggup menjalani dengan sekuat kepala sekolah ku
Selain masalah yang di hadapi, kepala sekolah harus menghadapi siswa-siswinya yang sering bolos. Banyak sekali masalah yang harus dihadapi seorang kepala sekolah. Sekolah yang berprestasi itu memang sulit diraih.
Meski demikian, Aku sangat bangga dengan kepala sekolahku sekarang. Mungkin kita pernah berpikir kepala sekolah itu galak. Kepala sekolah itu paling ditakuti. Kepala sekolah itu bisa bertindak seenaknya.
Pendapat itu mungkin perlu di klarifikasi lagi. Kepala sekolah itu belum tentu galak. Kepala sekolah mungkin keliatannya aja galak, padahal itu hanya ingin menunjukan kewibawaannya, menunjukan bahwa ia tegas. Pernah mikir gak, apa jadinya kalo punya kepala sekolah yang terlihat kurang berpendirian. Mungkin kepala sekolah seperti itu mudah untuk dimanfaatkan.
Kepala sekolah bukannya galak. Bukan juga sering marah. Tetapi itu hanya respon untuk menunjukan dirinya berwibawa, patut untuk dihormati, tegas dan lugas dalam memimpin sekolah, yang terlintas dalam pikiran Kepala sekolah itu paling ditakuti?
Mungkin kata takut, tidak pantas untuk seorang kepala sekolah. Memangnya kepala sekolah itu punya taring yang siap menghisap darah? Kepala sekolah itu tidak perlu di takuti, akan tetapi kepala sekolah itu harus dihormati sebagai pemimpin di sekolah tersebut.
Bukan kepada kepala sekolah saja. Tetapi kepada semua orang. Pepatah berkata “apabila kita ingin di hormati, hormatilah orang lain.” kepala sekolah masih dibawah pimpinan dinas pendidikan, menteri pendidikan. Kita tidak perlu mengkhawatirkan masalah seperti ini. Ini tidak akan terjadi selama peraturan masih ditegakkan dan dijalankan.
Aku ingin menjadi kepala sekolah yang disenangi oleh warga sekolah. Aku ingin menjadi kepala sekolah seperti ibu kepala sekolahku saat ini. Kepala sekolah yang penuh akan tanggung jawab, berwibawa. Tidak ditakuti ataupun disegani, melainkan di hormati dan dipandang.
Kepala sekolah memang anugrah yang luar biasa. Kepala sekolah pemimpin yang mempunyai jiwa yang kuat untuk menghadapi berbagai masalah yang akan terjadi. Terimakasih ibu kepala sekolahku.
Editor : Heri Suprianto