MataSumbar.com|Warga Toraja yang tergabung dalam Aliansi Pemuda Toraja mengusulkan salah satu tokoh mereka, Wilem Linggi Tambing menjadi Pahlawan Nasional.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Aliansi Pemuda Toraja Indonesia (DPP APTI) Indra Gunawan Pabutungan menyampaikan, Willem Linggi Tambing atau disingkat WL Tambing adalah Pahlawan Daerah bagi Kedua Pemerintah Kabupaten Toraja, yakni di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara, di masa awal setelah Kemerdekaan Indonesia.
Indra mengatakan, para Pemuda Toraja pun akan mengusulkan WL Tambing agar dijadikan Pahlawan Nasional.
Kedua Pemerintah Kabupaten Toraja, yakni Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara diminta untuk mengusulkan gelar Pahlawan Nasional Republik Indonesia bagi WL Tambing.
“Saat ini Toraja sudah memiliki satu orang Pahlawan Nasional, yakni Pong Tiku. Pahlawan yang bergerilya menghadapi Belanda sebelum Indonesia Merdeka,” ujar Indra Gunawan Pabutungan, dalam keterangannya, Kamis 17 Juni 2021.
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja mengangkat Pong Tiku sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1964. Dan dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui Dekrit Kepresidenan 073/TK/2002 pada tanggal 6 November 2002.
“Minggu lalu, secara pribadi sudah sempat diskusi internal dengan salah satu pengurus. Kami berencana membuat Focus Group Discussion atau FGD, dan Seminar. Mengenai dua Tokoh Pahlawan Daerah Toraja setelah Kemerdekaan yang sudah mulai dilupakan Generasi Muda. Yakni Brigjen Mesach Frans Karangan dan Willem Linggi Tambing,” ujar Indra.
Indra juga mengatakan, Buku Biografi Brigjen Mesach Frans Karangan sudah diluncurkan pada Mei 2021, di Tongkonan Kepala Gading Jakarta. Buku Biografi itu dibuat oleh Sili Suli.
Jenazah Mesach Frans Karangan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Buntu Lepong Rantepao, Tana Toraja. Nama Frans Karangan sudah diabadikan sebagai Nama Jalan di Kota Rantepao ke arah Tikala.
“Tokoh Mesach Frans Karangan, secara garis besar perjuangannya sudah dapat kita lihat pada Buku Biografi dan tempat lokasi istirahat terakhirnya. Sedangkan Tokoh WL Tambing masih belum terpublikasi dengan baik,” terangnya.
Willem Linggi Tambing atau dikenal juga dengan Pong Tambing, lahir di Madandan Tana Toraja, tanggal 17 Februari 1923. Dan meninggal dunia pada tanggal 06 Maret 1995, di usia 72 tahun.
WL Tambing lahir dari pasangan Sampe Bunga dan Rut. WL Tambing lulus di Hollandsch Inlandsche School (HIS) setingkat SD, kemudian masuk di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (Mulo-B) Makassar, setingkat SMP. Selanjutnya ke Algemeene Middelbare School (AMS-B) Makassar, setara SMA.
WL Tambing adalah Orang Toraja pertama yang menduduki Eselon Tinggi dalam Jabatan Pemerintahan, sebagai Kepala Pemerintah Negeri (KPN) pada tahun 1952.
Dia juga menjadi Orang Toraja pertama yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada tahun 1955 dari Partai Kristen Indonesia (Parkindo). WL Tambing juga dianggap sebagai pendiri atau pelopor berdirinya Kabupaten Tana Toraja, tahun 1957.
Pada tahun 1955, Indonesia melaksanakan Pemilihan Umum Pertama (Pemilu Pertama) untuk memilih para Anggota DPR dan Anggota Konstituante.
Partai Kristen Indonesia (Parkindo) salah satu peserta Pemilu 1955. Parkindo memperoleh suara 1.003.326 suara, dengan persentase sebesar 2,66%, sehingga memperoleh 8 Kursi di DPR.
Kedelapan Anggota DPR tersebut adalah Albert Mangaratua Tambunan, Johannes Leimena, Huibert Senduk, Melanchton Siregar, Marthinus Caley, Christoffel Joseph Mooy, Manuel Sondakh, dan Willem Linggi Tambing.
WL Tambing berjuang melalui jalur politik. Pada saat itu di wilayah Toraja terdapat tiga kekuatan Politik, yakni Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peran besar WL Tambing di Daerah melalui Parkindo mampu menyatukan elite tradisional, dan Masyarakat Kristen Toraja dalam menghadapi peristiwa 1952, 1953, 1958 hingga 1965.
Khususnya, saat Peristiwa 1958 di Toraja, WL Tambing bersama Rendra Sarungallo, yang saat itu anggota Konstituante, berjuang di Pusat, meyakinkan Pemerintah Pusat bahwa wilayah Toraja adalah bagian dari Negara Indonesia. Dan jiwa Nasionalisme Masyarakat Toraja jangan diragukan.
Willem Linggi Tambing sangat peduli terhadap pentingnya pendidikan. Saat menjadi anggota DPR, WL Tambing mengupayakan berdirinya SMEA Kristen Makale, SMA Negeri 1 Rantepao dan SGO yaitu Sekolah Menengah di Daerah Toraja.
Indra menjelaskan, melihat peran WL Tambing tersebut, maka WL Tambing dapat dianggap Pahlawan Bidang Politik dan Pahlawan Bidang Pendidikan bagi seluruh Toraja.
Indra menambahkan, Aliansi Pemuda Toraja Indonesia (APTI) juga akan membentuk Tim Kajian kalangan Pemuda Toraja dari bidang Ilmu Sosial, Budayawan, Teologi, Hukum, bahkan Teknologi, untuk mengkaji maupun membuat FGD, Seminar hingga Naskah Akademik dan Jurnal.
WL Tambing diketahui memiliki lima orang anak kandung yakni, pertama, Bara Langi Tambing. Dua, Saba Mangosa Tambing. Tiga, Tulak Allo Tambing. Empat, Tiku ‘Rapa’ Tambing, dan kelima, Somba ‘Bara’ Allo Tambing.
“Sambil membentuk anggota tim kajian dan panitia, tiga bulan ke depan kami akan berkomunikasi dengan pihak keluarga WL Tambing, pihak Gereja seperti PGIW Sulselbar, Ormas dan LSM, Organisasi Pemuda dan Kemahasiswaan Daerah, Lembaga Pendidikan Tinggi dan Budayawan,” tandas Indra.(***)