Oleh : Ketua DPW SKP Sumbar, Rudi Rahmat Ginting
PADANG|Matasumbar.com – Salah satu bukti kesaktian Pancasila sejak dulu, adalah mampu membuka segala kedok para pemecah-belah bangsa. Baik mereka yang menggunakan kedok agama. Atau-pun mereka yang berdalih demi membangun keadilan dan kesetaraan sosial layaknya ideologi komunis yang berhasrat untuk merobohkan ideologi Pancasila itu sendiri.
Maka, di sinilah peran penting bagi kita saat ini. Yaitu membuka segala kedok para pemecah-belah bangsa dengan kesaktian Pancasila tersebut. Sebagaimana peran etis-nya, kesaktian Pancasila selalu memiliki “tolak ukur” yang pas dalam membungkus pranata keagamaan dan pranata sosial yang adil dan sejahtera itu.
Misalnya, jika ada kelompok yang melegitimasi ajaran agama-Nya. Lalu berdalih untuk melaksanakan perintah Tuhan. Dengan cara, ingin merusak ikatan sosial persaudaraan di tengah keragaman serta ingin mengesampingkan identitas-identitas lainnya.
Maka, Pancasila menilai itu sebagai sesuatu yang tidak ideal untuk kita lakukan dan perlu kita tolak. Sebab, agama dalam tolak ukur Pancasila itu, selalu meniscayakan nilai-nilai ketuhanan yang lebih egalitarian, membawa rahmat, membawa maslahat dan meninggikan derajat kemanusiaan.
Semua ajaran yang demikian, sebetulnya murni sebagai kualitas dari fungsi agama itu sendiri. Di mana, hadirnya agama sebagai jalan untuk mengikat persaudaraan, bukan perpecahan.
Selain itu, jika ada orang yang selalu berteriak demi kesetaraan sosial dan demi kesejahteraan serta keadilan sosial. Layaknya kelompok komunis Indonesia yang berhasrat untuk menggantikan ideologi Pancasila. Lalu, mereka memaksakan kehendak untuk melakukan hal demikian. Memprovokasi banyak orang untuk anti-Pancasila dan menolak persatuan bangsa.
Tentu, tindakan yang demikian, sejatinya bagi Pancasila justru perlu diwaspadai dan perlu ditolak. Sebab, keadilan tidak pernah menegasi identitas lain. Serta, kesejahteraan sosial yang hakiki tidak pernah merusak tatanan sosial yang harmonis. Sebab, antara keadilan dan kesejahteraan sosial itu di dalam pepsepstik Pancasila, sejatinya bersifat (menyeluruh) bukan dipersempit oleh identitas kelompok mana-pun.
Pancasila memiliki tolak ukur pemahaman terhadap agama yang merahmati. Artinya, meluas dan tidak ada eksploitasi identitas apa-pun. Begitu juga dengan wilayah keadilan sosial dan kesejahteraan. Pancasila memiliki tawaran etis, di mana keadilan dan kesejahteraan sosial itu bersifat menyeluruh, tidak membeda-bedakan identitas apa-pun serta selalu meniscayakan prinsip persatuan dalam kebersamaan.
Tentu ini sebagai bukti nyata yang sebetulnya untuk kita pahami. Bahwa. Segala kedok yang bersembunyi di balik jubah agama atau-pun di balik keadilan sosial itu, sejatinya Pancasila mampu membuka tabir yang semacam itu. Bagaimana, kesaktian Pancasila mampu “peka” terhadap segala ideologi dan motif apa-pun itu yang sengaja dibuat hanya demi memecah-belah bangsa.
Oleh sebab itulah, segala kejelian, ketangkasan dan kehebatan Pancasila di dalam menempatkan agama dan keadilan sosial yang benar itu, selalu menegasi kelompok-kelompok yang sengaja ingin mengeksploitasi dua wilayah tersebut. Maka, dari sinilah pentingnya bagi kita untuk membuka kedok para pemecah-belah bangsa itu dengan kesaktian Pancasila.
Kesaktian Pancasila itu akan berfungsi jika kita mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang ada di dalamnya untuk kita tekuni dan kita lakoni dalam segala situasi dan kondisi. Sebab, ini adalah jalan ikhtiar kita untuk menyelamatkan NKRI dari para pemecah-belah. Sebab, kesaktian Pancasila itu selalu memiliki cara pandang yang lebih paradigmatis dalam segala hal.
Artinya, ketika kita mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sejatinya kita tidak akan mudah terpengaruh oleh motif apa-pun yang sengaja dibuat untuk memecah-belah bangsa. Layaknya agama dan keadilan sosial yang selalu menjadi “kambing-hitam” para pemecah-belah itu.