Oleh : Joni Faldi S.Ag
Matasumbar.com – Segala sesuatu itu berada dalam kekuasaan Allah dan segala sesuatu yang ada dalam kekuasaan Allah berjalan sesuai dengan perintah-Nya. Dan semua kesusahan yang menimpa manusia merupakan akibat dari perbuatan mereka sendiri.
Allah Azza wa Jalla itu maha adil dan bijaksana. Semua manusia hidup dibawah naungan rahmat karena sebab kebaikan yang telah mereka lakukan, atau dibawah adzab akibat dari perbuatan buruk yang telah mereka kerjakan.
Ketika seorang hamba itu Istiqomah di atas syariat Allâh, maka kehidupan dunianya akan lurus dan mendatangkan banyak manfaat, bukan mudharat, juga dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda kelak di akhirat.
Allah akan memudahkan baginya segala bentuk kesulitan, dia akan dilayani oleh yang jauh maupun yang dekat, dan akan terdapat banyak kebaikan pada masyarakatnya, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(Al-A’râf/7:96).
Allah juga berfirman mengenai Ahli kitab :
وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لَأَكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ
Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Rabbnya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.[Al-Mâidah/5:66) Dan tidak ada yang mengurangi (menghalangi) nikmat tersebut kecuali dosa yang dia lakukan. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَكُلًّا أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya [Al-Ankabût/29:40] Allâh juga berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allâh memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (As-Syûrâ/42:30). Juga firman-Nya:
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allâh, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.[An-Nisâ’/4:79).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ أَقْبَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ فَقَالَ “ يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِي أَسْلاَفِهِمُ الَّذِينَ مَضَوْا . وَلَمْ يَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيزَانَ إِلاَّ أُخِذُوا بِالسِّنِينَ وَشِدَّةِ الْمَؤُنَةِ وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ . وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللَّهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ غَيْرِهِمْ فَأَخَذُوا بَعْضَ مَا فِي أَيْدِيهِمْ . وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلاَّ جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ
Dari Abdillah Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhuma berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi kami seraya bersabda, “Wahai kaum muhajirin! Ada lima hal jika menimpa kalian, dan aku memohon perlindungan dari Allâh agar lima hal tersebut tidak kalian temukan; Tidaklah perbuatan keji muncul pada suatu kaum kemudian mereka terang-terangan melakukannya kecuali akan tersebar pada mereka penyakit levra dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak pernah ada pada.
Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran niscaya mereka akan ditimpa musim kekeringan dan kezaliman para pemimpin. Tidaklah mereka enggan untuk mengeluarkan zakat harta mereka kecuali Allâh Azza wa Jalla akan enggan untuk menurunkan hujan dari langit, kalau bukan karena hewan ternak, mereka tidak akan mendapatkan hujan.
Tidaklah pula mereka melanggar janji Allâh dan Rasul-Nya kecuali Allâh akan menjadikan musuh mereka berkuasa atas mereka, musuh yang akan merampas sebagian harta benda yang mereka miliki.
Apabila para pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitab Allâh, atau mereka memilah-milah apa yang telah Allâh turunkan, niscaya Allâh akan menghadirkan permusuhan diantara mereka.[1] Beginilah buruknya keadaan akibat dosa, tidaklah terjadi pada suatu kaum kecuali akan mendatangkan keburukan.
Musuh akan muncul menghilangkan atau merampas kekayaan dan rezeki- rezeki mereka, merusak kehormatan mereka dan mengekang kebebasan mereka. Mereka akan ditimpa kemungkaran-kemungkaran yang sesuai dengan besarnya dosa yang telah mereka lakukan, kebaikan akan luput dari mereka sebanyak ketaatan yang luput dari mereka.
Sungguh Allah maha bijaksana dalam memberi hukuman, dan kita hanya meminta pertolongan darinya.
supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). [Ar-Rûm/30:41).
Terapkan ayat ini dengan keadaan alam ini! Cocokkan ayat ini dengan realita yang terjadi sekarang ini! Kamu akan bisa melihat bagaimana terjadinya penyakit, hama pada buah-buahan, pertanian, hewan ternak, di setiap waktu. Kamu juga akan bisa melihat penyakit yang satu menimbulkan penyakit yang lainnya.
Setiap kali manusia melakukan kezaliman dan kejahatan, Allâh Azza wa Jalla mendatangkan bagi mereka penyakit dan kerusakan pada sumber gizi mereka, buah-buahan, udara, air, badan, bentuk, rupa, dan akhlak mereka, akibat dari perbuatan zalim mereka.
Dahulu biji gandum dan biji-bijian lainnya lebih besar dari yang ada sekarang. Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya, bahwa terdapat disebagian gudang Bani Umayyah karung yang berisi biji gandum sebesar biji kurma tertulis di atasnya: seperti inilah yang tumbuh di masa keadilan.
Kisah ini beliau Rahmatullah sebutkan dalam Musnadnya setelah sebuah hadits yang beliau riwayatkan.
Kebanyakan penyakit dan kerusakan ini merupakan sisa dari adzab yang Allâh Azza wa Jalla timpakan kepada umat terdahulu.
Sisa adzab ini diperuntukkan bagi mereka yang terdapat pada mereka perbuatan-perbuatan umat terdahulu sebagai bentuk hukuman, keadilan dan penunaian. Ini telah diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
بَقِيَّةُ رِجْزٍ وَعَذَابٌ أُرْسِلَ عَلَى طَائِفَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Sesungguhnya dia merupakan sisa dari kotoran atau azab yang dikirimkan kepada Bani Israil, Allâh Azza wa Jalla juga menimpakan angin puting beliung kepada suatu kaum selama tujuh malam dan delapan hari, kemudian Allâh Azza wa Jalla menyisakan sedikit dari hari-hari tersebut.
Allâh Azza wa Jalla menjadikan perbuatan baik dan buruk saling berkaitan dengan akibatnya. Tidak mau melakukan kebaikan, tidak mengeluarkan zakat atau sedekah merupakan sebab hujan tidak turun dari langit yang menyebabkan kekeringan dan paceklik.
Allâh Azza wa Jalla juga menjadikan perbuatan zalim terhadap orang-orang miskin, curang dalam timbangan dan takaran, serta sikap semena-mena terhadap orang lemah, sebagai sebab timbulnya kezaliman para pemimpin.
Para pemimpin yang tidak memiliki rasa iba dan kasih sayang, pada hakikatnya merupakan hasil dari perbuatan rakyat yang muncul dalam bentuk para pemimpin. Terkadang juga dalam bentuk penyakit yang merata, atau rasa sedih, dan kebingungan yang mendera jiwa, dan tidak lepas darinya. Terkadang juga dalam bentuk terhalangnya berkah dari langit dan bumi.
Orang yang berakal akan memandang setiap penjuru alam ini untuk menyaksikan dan melihat keadilan dan kebijaksanaan Allâh Azza wa Jalla, sehingga dengan itu dia akan tahu bahwa para Rasul dan pengikutnya berada dalam jalan keselamatan.
Adapun selain mereka, maka mereka berada di atas jalan kebinasaan, menuju tempat kebinasaan, Allâh maha mampu melakukan segala urusan, tidak ada yang bisa membantah hukum yang telah ditetapkan-Nya, dan tidak ada yang mampu menolak perintah-Nya, dan hanya kepada Allâh meminta taufik.”. Selesai perkataan Ibnul Qayyim.
2 Hukuman Jenis Kedua: Hukuman Syar’i Yaitu Allâh mengharamkan kepada mereka apa yang telah dihalalkan.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَعَلَى الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا كُلَّ ذِي ظُفُرٍ ۖ وَمِنَ الْبَقَرِ وَالْغَنَمِ حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ شُحُومَهُمَا إِلَّا مَا حَمَلَتْ ظُهُورُهُمَا أَوِ الْحَوَايَا أَوْ مَا اخْتَلَطَ بِعَظْمٍ ۚ ذَٰلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِبَغْيِهِمْ ۖ وَإِنَّا لَصَادِقُونَ
Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan segala binatang yang berkuku dan dari sapi dan domba, Kami haramkan atas mereka lemak dari kedua binatang itu, selain lemak yang melekat di punggung keduanya atau yang di perut besar dan usus atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami hukum mereka disebabkan kedurhakaan mereka; dan sesungguhnya Kami adalah Maha Benar. [Al-An’am/6:146).
Allâh mengabarkan bahwa Dia mengharamkan kepada mereka beberapa hal dikarenakan kezaliman dan sikap melampaui batasan mereka. Diharamkan kepada mereka setiap hewan berkuku seperti unta dan semisalnya, Allâh juga mengharamkan lemak sapi dan kambing kecuali yang menempel pada punggung, usus, dan tulang.
Contohnya juga kisah Bani Israil yang mempersulit diri mereka ketika diperintahkan untuk menyembelih sapi betina sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk menyembelih sapi manapun yang mudah mereka dapatkan, akan tetapi mereka membangkang perintah Allâh Azza wa Jalla dengan melontarkan banyak pertanyaan yang akhirnya mempersulit mereka.
Ibnu Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Seandainya mereka mengambil sapi yang paling mudah bagi mereka, niscaya itu sudah cukup. Akan tetapi mereka mempersulit diri mereka sehingga Allâh Azza wa Jalla mempersulit mereka.”
Ini diriwayatkan oleh Ibnu jarir dalam tafsirnya. Maksudnya, Allâh Azza wa Jalla menimpakan kepada mereka belenggu dan beban dengan cara mempersulit sifat sapi yang diperintahkan untuk disembelih disebabkan karena dosa pembangkangan mereka terhadap perintah Allâh Azza wa Jall