JEMBER|MataSumbar.com – Bupati Jember Hendy Siswanto akhirnya mengembalikan honor pemakaman COVID-19 ke kas daerah (Kasda). Hal serupa juga dilakukan Sekda Jember, Plt Kepala BPBD dan Kabid 2 BPBD Jember.
Mereka menerima honor setelah masuk dalam susunan petugas pemakaman COVID-19. Mereka bertugas melakukan monitoring dan evaluasi (Monev).
Honor yang mereka terima sama, yakni Rp 100 ribu per pemakaman. Total honor yang telah diterima masing-masing sebesar Rp 70,5 juta.
Terkait pengembalian honor tersebut, Sekda Jember Mirfano menyampaikan, sudah dikembalikan langsung ke Kasda sekitar pukul 11.00 WIB. Dia mengaku menyaksikan Bendahara BPBD Jember menyerahkan langsung honor itu ke Kasda di Bank Jatim Jember.
“Sudah tadi kita kembalikan ke Kasda, nominalnya untuk 4 orang pejabat, saya (Sekda), Pak Bupati, Plt Kepala BPBD dan Kabidnya, masing-masing Rp 70,5 juta. Jadi totalnya Rp 282 juta,” ujar Mirfano, Jumat 27 Agustus 2021.
Menurut Mirfano, adanya honor tersebut secara runut ada proses yang dilakukan. Dia juga menyatakan prosesnya sudah sesuai mekanisme dan regulasi.
Mirfano juga menerangkan kinerja dari tim Monev pemakaman COVID-19 di mana Bupati sebagai pengarah. Pada medio Bulan Juli 2021, kata dia, tim harus mengurus lebih dari 1.000 jenazah yang merupakan pasien COVID-19. Hal itu butuh penanganan khusus.
“Kami harus menjamin tidak boleh ada satu pun jenazah yang terlantar. Di lapangan, para petugas pemakaman harus bekerja dari pagi sampai pagi lagi. Karena pada Bulan Juli itu kematian karena COVID rata-rata lebih dari 50 orang per hari, karena saat puncaknya serangan pandemi. Para petugas pemakaman juga harus berhadapan dengan keluarga yang marah dan sempat ada kekerasan fisik,” ujarnya.
Selanjutnya di level manajemen, sambung Mirfano, juga harus mengurus ketersediaan sarana prasarana dalam kondisi belum ada anggaran yang tersedia. Ditambah saat itu, angka kematian di atas 40 orang setiap hari, sangat mendadak dan dalam situasi tidak dapat diprediksi.
“Tiap hari kami harus monitoring pemakaman sampai pemakaman terakhir. Tiap hari harus menjaga kecukupan tenaga pemakaman yang berhenti karena takut risiko, juga mencari tukang kayu yg dapat memproduksi peti jenazah yang pembayarannya (bisa) belakangan,” ujarnya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, setiap malam tim di level manajemen juga harus berkonsultasi dengan bupati untuk menyelesaikan masalah sarana prasarana pemakaman, yang kebutuhannya sangat tinggi.
“Sementara belum tersedia anggaran. Jadi pada puncak krisis pandemi Bulan Juli itu, kami semua bekerja penuh risiko. Mulai petugas pemakaman sampai dengan bupati yang harus menjamin tidak boleh ada satu pun jenazah yang tidak dapat dimakamkan,” ulasnya.
Mirfano juga mengakui honor pemakaman COVID-19 yang diterima bupati disumbangkan ke keluarga duka. Sehingga uang yang dikembalikan bupati ke Kasda bersumber dari uang pribadi.
“Sehingga (honor disumbangkan) tersebut yang dilakukan bupati, diganti dengan dari uangnya sendiri. Karena uangnya yang dari honor itu juga ikut dikembalikan,” kata Mirfano.