SIBERUT, matasumbar.com – Salah satu indikator kesehatan pada anak usia dibawah lima tahun (balita) bisa dilihat dari statusnya gizinya. Untuk mengetahuinya diperlukan sensus pengukuran gizi dalam bentuk penimbangan balita.
Terkait informasi yang disampaikan Camat Siberut Barat Daya pada saat musrenbang bahwa stunting meningkat, hal itu belum bisa dipastikan, karena alat pengukur balita belum dicek, kata Kepala Puskesmas Peipei, Dokter. Muhammad Winaldi kepada awak media, Kamis 20 Februari 2020.
Dikatakan, stunting meningkat di pastikan dari penimbangan massal yang dilakukan para kader yang ada didesa tidak akur, sehingga tidak maksimal hasilnya dan akan dilakukan korcek alat penimbangan, supaya pada saat penimbangan selanjutnya tidak terjadi lagi.
“Alat penimbangan yang digunakan para kader posyandu , kita korcek dulu, apakah sudah akur, karena kalau timbangan tidak akur bepengaruh pada hasil yang diperoleh, aturannya pengukuran gizik baik bisa jadi buruk” kata Dokter Winaldi.
Sebenarnya, lanjut Winaldi stuasi disini, soal makanan berpotensi sudah cocok, karena dilihat dari kekayaan laut, ikan banyak disini, proteinnya lebih banyak, cuman tidak tahu kenapa di peipei ini stuntingnya meningkat, terangnya.
“Kami minta dukungan dari camat, pihak Desa, kader PKK, serta elemen masyarakat lainnya untuk bersama-sama menurunkan tunting, sehingga tidak ada lagi balita yang kekuranga gizi” kata Winaldi.
Selain itu, para petugas yang diterjunkan dalam kegiatan bulan penimbangan balita, betul-betul kader posyandu yang berpengalaman dan terlatih, dan fasilitas yang digunakan dipastikan sudah standar, sehingga data yang diperoleh nantinya bebenar-benar akurat.
“Bulan penimbangan balita ini diperlukan untuk memantau perkembangan kesehatan dan kondisi gizi para balita,” katanya.
Menurut dia, dengan penimbangan balita dapat diintervensi secara dini apabila ada balita gizi kurang, gizi buruk atau gizi lebih sehingga dapat ditanggulangi dengan cepat.
“Jadi, bulan penimbangan balita adalah bagian dari sensus pengukuran gizi balita, sehingga akan diketahui prevalensi balita gizi buruk, daerah rawan gizi buruk, masalah gizi akut atau kronis,” pungkasnya (Ers).