PADANG, Matasumbar.com – Tragedi Kemanusiaan yang terjadi Wamena – Papua pada Senin (23/9) lalu menyisakan luka yang sangat mendalam, terutama bagi Masyarakat di Ranah Minang tentunya.
Dari 33 orang yang meninggal dunia, sembilan orang diantaranya merupakan perantau Minang yang berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan. Mereka datang ke Wamena untuk berdagang mencari hidup dan menafkahi keluarga di kampung. Kini mereka pulang tanpa nyawa dan tinggal luka bagi keluarga di kampung.
“Kami ketika itu melihat orang berkerumunan beramai-ramai mendatangi kios-kios, termasuk ke kios kami. Kami dikepung di di dalam rumah yang ada dibelakang kios, jumlahnya sekitar 30-an dan kami sudah pasrah untuk mati semua. Ada keponakan yang bernama Yoga menahan pintu. Namun kerumunan diluar memaksa untuk membuka pintu. Kami dilempari dan ditembaki dengan panah,” ungkap salah satu korban selamat, Zal.
Lanjutnya, keadaan keponakannya sudah berdarah-darah, lalu pergi keluar namun pada akhirnya Yoga ini kena bunuh.
“Mereka itupun masuk di dalam lalu ditikamnya lah kami. Setelah itu mereka keluar ambil bensin lalu dibakarnya lah kami. Saya, tiba-tiba bangun dengan setengah tersadar dan meminta bantuan kepada teman-teman yang ada di Kodim sana. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa dikarenakan mobil tidak bisa lewat.
Dua jam setelah itu barulah bantuan datang. Saya mengalami luka bakar di beberapa badan saya. Anak dan Istri saya sudah terbakar, serta langsung dibawa ke rumah sakit untuk langsung diobati pihak medis,” ungkapnya.
Sementara itu keluarga Darwin merupakan korban lainnya dalam tragedi di Wamena, Papua, dimana anaknya yang bernama Muhammad Iswan (24) menjadi korban dalam peristiwa berdarah tersebut.
“Iwan sudah merantau selama tiga tahun di Wamena-Papua. Dua hari sebelum kejadian sempat mengontak kami dan menginformasikan bahwa keadaan disini semakin tegang dan chaos. Saya mendapat kabar Iwan sudah meninggal yakni pukul 22.00 WIB,” ucapnya.
Lanjut Darwin, Iwan ke Papua untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga. Dia merantau tiga tahun yang lalu pamit untuk bekerja di Papua.
“Namun, kami tidak menyangka dengan adanya kejadian ini anak kami Iwan meninggal dunia akibat tragedi di Wamena-Papua ini,” ujarnya sembari terisak. (*)
Hits: 476