MENTAWAI, Matasumbar.com – Filariasis ( Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing filarial yang ditularkan oleh nyamuk.
Penyakit ini bersifat kronis, walaupun tidak menyebabkan kematian, tapi menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin pada perempuan dan laki-laki, Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga menjadi beban masyarakat.
Kepala Dinas Kesehatan Mentawai, Lahmuddin Siregar menyebutkan, pastinya sekarang sudah dilakukan Survey Darah Jari (SDJ) dan Transmission Assesment Surveys (TAS) di 44 sekolah dasar yang berada di wilayah kabupaten kepulauan mentawai.
Tim yang melakukan pemeriksaan darah tersebut di mulai sejak 24 april hingga 5 mei 2019 kemaren terdiri dari tim Kementerian kesehatan, Balai Teknologi Lingkungan Medan, BTL Batam, Dinkes Provinsi dan Dinkes Mentawai.
Dikatakan, target sample darah yang diambil timkes itu sebanyak 1496, namun pengecekan yang dilakukan hanya sebanyak 1392. Dari hasil pengecekan tersebut timkes menemukan ada 6 yang positif.
“Jadi kalau ditemukan yang positif di bawah 16 orang kategorinya masih bagus, akan tetapi lebih dari 16 maka di lakukan pengobatan ulang secara massal” kata Lahmuddin kepada matasumbar.com, Kamis (9/5).
Ia menjelaskan, pengecekan darah untuk sample di lakukan sekali dua tahun, nah sekarang baru tahap pertama, kalau dua tahun lagi tidak ada ditemukan, maka mentawai di nyatakan bebas dari penyakit kaki gajah, ucapnya.
Lebih lanjut Lahmuddin mengatakan, untuk menanggulangi hal tersebut jalan yang di tempuh memutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal.
Pencegahan Filariasis (POMP filariasis) di daerah endemis dengan menggunakan Diethyl Carbamazine (DEC)6 mg/kg berat badan yang dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun dan dilakukan minimal 5 tahun berturut turut, tuturnya (Eriansyah).
Hits: 21