Jakarta, MataSumbar.com – Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019 year on year (yoy). Angka pertumbuhan juga minus 4,19 persen dibandingkan dengan triwulan I-2020 atau quarter to quarter (qtq). Hal ini berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistis (BPS) pada hari Rabu 05 Agustus 2020.
Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Guspardi Gaus menilai, pertumbuhan ekonomi yang dirilis oleh BPS itu merupakan warning kepada Pemerintah agar ekonomi Indonesia jangan sampai masuk ke jurang resesi ekonomi. Bila ekonomi pada kuartal III kembali mencatatkan pertumbuhan negatif maka semakin menyulitkan Indonesia terlepas dari jerat resesi ekonomi. Karena suatu negara disebut mengalami resesi jika pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.
Pandemi Virus Corona (Covid-19) telah meluluhlantakkan ekonomi nasional Indonesia dengan indikasi menurunnya daya masyarakat dan dampaknya terutama dirasakan oleh dunia usaha. Perusahaan akan melakukan penghematan besar-besaran. Akibatnya, gelombang PHK tak bisa dihindari hingga angka kemiskinan yang bertambah, ujar Guspardi kepada media MataSumbar.com via WhatsApp, Senin (17/08/20).
Pemerintah Indonesia di nilai belum maksimal dalam melakukan penanganan wabah Covid-19. Rendahnya kepercayaan masyarakat, dunia usaha dan Investor terhadap pemerintah dalam menahan laju penyebaran wabah pandemi ini masih tergambar dari semakin bertambahnya jumlah kasus hari demi hari Covid-19 di Indonesia. Mengutip laporan yang dikutip dari situs covid19.co.id hingga 6 Agustus 2020 terdapat 118.753 positif dan meninggal dunia 5.521. Artinya ada lebih 44 kasus positif per 100.000 penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 269 juta jiwa, ungkap Guspardi.
Mantan Ketua Dewan Pertimbangan KADIN Sumbar itu juga menerangkan, bahwa hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, dunia usaha dan investor. Tidak sedikit pengusaha yang harus rela berhenti beroperasi beberapa minggu karena di temukannya kasus terindikasi positif Covid-19 di pabrik mereka. Begitupun investor Bagaimana investor dan turis asing mau datang jika mereka membaca berita seram tentang penanganan Covid-19 di Indonesia?
Penanggulangan pandemi Covid-19 yang lambat atau tidak sinkron harus segera di perbaiki karena dapat menimbulkan efek berkepanjangan dan semakin memparah kondisi perekonomian kita dan memunculkan risiko sosial dengan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang pastinya akan bertambah tinggi, imbuh Guspardi.
Ia pun berharap Pemerintah dapat segera melakukan langkah extraordinary untuk mendorong ekonomi Indonesia agar dapat bertahan di kuartal III dan IV tahun 2020. Berbagai program penanganan Covid-19 yang terstruktur dan terukur harus segera diaplikasikan oleh Pemerintah agar dapat memulihkan kepercayaan masyarakat dan rumah tangga untuk melakukan aktivitasnya termasuk belanja, konsumsi dan investasi.
Sinergitas pemangku kebijakan fiskal dan moneter juga harus dapat memformulasikan metode untuk menopang perekonomian nasional agar tidak lumpuh. Konsumsi rumah tangga sebagai pendorong ekonomi domestik perlu di intesifkan, ucapnya.
Merealisasikan pemberian stimulus jejaring pengaman sosial masyarakat untuk mendorong menggeliatnya sektor rill dan tumbuhnya daya beli masyarakat akan membuat bergeraknya sektor dunia usaha. Melokalisasi sektor-sektor bisnis paling elastis yang tidak banyak terintegrasi dengan sistem global seperti sektor UMKM perlu mendapatkan prioritas. Disamping mempercepat realisasi serapan anggran belanja kementerian dan lembaga negara adalah suatu yang mustahak di lakukan, pungkas anggota Baleg DPR RI tersebut.
-Robbie-